Dalam masa Pemerintahan Belanda, ada tiga kerajaan besar di wilayah Kabupaten Timor Tengah utara yakni Kerajaan Biboki, Insana dan Miomaffo. Tiga kerajaan besar inilah yang kemudian dijadikan sebagai swapraja dalam era pemerintahan Belanda. Dalam pemerintahan kerajaan tersebut, masyarakat secara umum dipimpin oleh seorang raja tertinggi yang disebut “Atupas” yang mengepalai para usif, amaf dan rakyat.
Atupas ini merupakan raja yang tidak banyak berbicara. Ia hanya hadir dalam upacara-upacara ritual dan hanya menyampaikan petuah kalau diminta. Ia bahkan dijuluki “bisu dan tuli” (Amonot ma Loektono, Kamafefa ma Kamahana). Kegiatan-kegiatan kerajaan dipimpin langsung oleh seorang “kolne” atau Fetor. Kolne atau Fetor inilah yang kemudian dalam tataran sistem pemerintahan sekarang dapat disamakan dengan camat. Kolne inilah yang membawahi para temukung besar yang kemudian disebut sebagai kepala desa.
Struktur pemerintahan adat/asli ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Struktur Pemerintahan Adat Masyarakat TTU
Desa-desa asli di Kabupaten Timor Tengah Utara disebut dengan nama ketemukungan. Dalam sistem ketemukungan tersebut, kepala desa disebut Temukung. Temukung tersebut merupakan pemimpin yang sangat dihargai.
Di dalam sebuah ketemukungan terdapat para temukung-temukung kecil yang merupakan para kepala suku. Temukung yang menjadi kepala desa dipilih dalam rapat bersama para temukung kecil tersebut. Biasanya yang terpilih adalah temukung dari suku yang terbesar di desa atau kampung tersebut. Sistem pemilihan dilakukan secara langsung.
Desa Tapenpah berdiri sejak masa Pemerintahan Kolonial Belanda. Pada saat itu Desa Tapenpah dipimpin oleh Tamukung ”Manbait Naikofi” dan yang menggantikannnya “Eduardus Ines” di bawah Pimpinan Raja Insana.
Menindaklanjuti Instruksi Gubernur KDH Tk. I NTT tanggal 4 November 1964 nomor Und./1/27/1964 tentang Pembentukan Desa Gaya Baru maka sesuai Surat Keputusan Bupati KDH Tk. II TTU tanggal 7 Mei 1969 nomor DD. 12/II/I/1969 terbentuklah desa-desa gaya baru dari Kabupaten TTU untuk menggantikan pemerintahan lama yang disebut ketemukungan. Pada Tahun 1969, Desa Tapenpah dipimpin oleh Bapak Alex Bekun, dan Martinus Menu (Almarhum). Pada Tahun 1972 terbentuklah Desa gaya baru di bawah pimpinan Bapak Laurensius Maki Naikofi sampai dengan tahun 1983. Pada tahun 1983-1986 Desa Tapenpah dipimpin oleh Bapak Andreas Ellu (Almarhum).
Pada tahun 1986-1999 Desa Tapenpah kemudian dipimpin oleh Bapak Yoseph Balla Amlupu. Pada Tahun 2000-2005 Bapak Kosmas Kopa, Tahun 2006-2007 Bapak Yakobus Naikofi sebagai Penjabat Sementara, Tahun 2008-2013 Ibu Efrida Teme,A.Md, Tahun 2013-2019 dipimpin oleh Bapak Emanuel Naibano, dan untuk periode 2019-2025 dipimpin oleh Bapak Thomas Yulianus Sikone,S.Fil.
Selama kurun waktu sejak berdirinya Desa Tapenpah sampai saat ini telah dipimpin oleh 8 Orang Kepala Desa dan 1 orang penjabat. Penduduk asli Desa Tapenpah berasal dari Suku Naikofi, Naibano, Apapun, Ta`mes, Amkeun, Naibini dan suku lain yang terhimpun dalam satu rumpun besar. Komunikasi sehari-hari menggunakan bahasa dawan.